BBM Kadar Sulfur Tinggi Menambah Emisi
Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan bahwa tingginya kadar sulfur dalam bahan bakar minyak (BBM) yang dijual oleh Pertamina menjadi salah satu faktor utama meningkatnya emisi kendaraan bermotor yang memicu polusi udara. Hal ini berdampak langsung pada kualitas udara yang semakin buruk, terutama di kota-kota besar dengan jumlah kendaraan yang sangat tinggi.
Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Kemenko Marves, sebagian besar produk BBM yang dipasarkan oleh Pertamina belum memenuhi standar kadar sulfur yang diharuskan oleh regulasi emisi Euro 4. Dalam standar ini, kadar sulfur yang diizinkan maksimal adalah 50 part per million (ppm), atau lebih rendah. Sayangnya, beberapa jenis BBM yang beredar di pasaran masih memiliki kadar sulfur di atas ambang batas tersebut, yang akhirnya berdampak pada peningkatan emisi gas buang kendaraan bermotor.
BBM Kadar Sulfur Tinggi Menambah Emisi
Pengaruh Kadar Sulfur Tinggi pada Emisi Kendaraan
Sulfur yang terkandung dalam BBM memiliki peran penting dalam kualitas gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Ketika BBM dengan kandungan sulfur tinggi terbakar dalam mesin kendaraan, sulfur tersebut akan berinteraksi dengan oksigen di atmosfer dan menghasilkan sulfur dioksida (SO2), salah satu polutan utama yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Sulfur dioksida juga dapat menyebabkan terbentuknya partikel halus (PM2.5) yang berbahaya jika terhirup oleh manusia.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta, membuat masalah ini semakin mendesak. Setiap harinya, jutaan kendaraan mengeluarkan emisi yang mengandung sulfur dioksida dan partikel halus yang berasal dari pembakaran BBM dengan kadar sulfur tinggi. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh manusia, tetapi juga lingkungan, terutama dalam hal pencemaran udara dan hujan asam yang merusak ekosistem.
Standar Euro 4 untuk Mengurangi Polusi
Regulasi Euro 4 yang mulai diterapkan di berbagai negara, termasuk Indonesia, bertujuan untuk menekan jumlah emisi kendaraan bermotor dengan cara mengatur kadar sulfur dalam BBM. Standar ini merupakan bagian dari upaya global untuk menurunkan tingkat polusi udara dan mengurangi dampak perubahan iklim. Dalam Euro 4, kadar sulfur yang diperbolehkan dalam BBM adalah maksimal 50 ppm, angka yang jauh lebih rendah dibandingkan BBM berkadar sulfur tinggi yang saat ini masih digunakan di Indonesia.
Namun, meski regulasi ini sudah diimplementasikan, tantangan besar masih dihadapi dalam hal distribusi dan ketersediaan BBM dengan kadar sulfur rendah. Banyak daerah di Indonesia yang masih bergantung pada BBM dengan kadar sulfur tinggi karena faktor distribusi, harga, dan ketersediaan yang belum merata. Akibatnya, upaya untuk menurunkan tingkat emisi kendaraan bermotor menjadi kurang efektif.
Dampak Kesehatan dari Polusi Kendaraan
Polusi udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan BBM dengan kadar sulfur tinggi, memiliki dampak serius terhadap kesehatan manusia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap polutan seperti sulfur dioksida dan partikel halus (PM2.5) dapat menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari gangguan pernapasan, asma, hingga penyakit kardiovaskular. Bahkan, dalam beberapa kasus, polusi udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor dapat meningkatkan risiko kematian dini.
Selain itu, sulfur dioksida yang dihasilkan dari pembakaran BBM berkadar sulfur tinggi juga dapat merusak vegetasi, mengganggu pertumbuhan tanaman, dan mencemari sumber air. Efek ini semakin parah jika terjadi hujan asam, yang dapat merusak tanah, bangunan, dan infrastruktur lainnya.
Upaya Mengurangi Kadar Sulfur dalam BBM
Pemerintah Indonesia melalui mahjong ways slot Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah berkomitmen untuk menurunkan kadar sulfur dalam BBM yang dipasarkan di dalam negeri. Salah satu langkah yang dilakukan adalah mendorong Pertamina dan produsen BBM lainnya untuk memproduksi bahan bakar yang sesuai dengan standar Euro 4. Selain itu, pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan pengawasan terhadap distribusi BBM, memastikan bahwa BBM berkadar sulfur rendah tersedia secara merata di seluruh Indonesia.
Namun, keberhasilan langkah ini tidak hanya bergantung pada regulasi yang ketat, tetapi juga kesadaran masyarakat dan industri akan pentingnya menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan. Dengan adanya edukasi yang tepat, masyarakat diharapkan lebih memilih menggunakan BBM yang memenuhi standar Euro 4, meskipun mungkin memiliki harga yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan BBM berkadar sulfur tinggi.